Minggu, 27 Maret 2016

Kota Semarang


Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Kota dengan julukan Kota Atlas, Kota Lumpia, dan The Port of Java ini, terletak di pesisir utara Pulau Jawa dengan posisi yang sangat strategis yakni berada di tengah jalur Jakarta dan Surabaya.
 Peta Administrasi Kota Semarang

“Terwujudnya Semarang Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera” – Visi Kota Semarang 2010-2015



Seperti pemaparan visinya, Semarang memiliki fungsi utama sebagai kota perdagangan dan jasa, dengan banyaknya sektor industri.

 
 Kawasan Industri Candi Semarang

 
Di samping itu, Semarang juga mengedepankan potensi di bidang pariwisatanya. Wisata yang ada berupa:

 
wisata alam
Kampoeng Wisata Taman Lele

 
wisata sejarah
Lawang Sewu

 
wisata religius
Masjid Agung

 
wisata keluarga
Taman Wisata Wonderia

 
wisata belanja.
Pasar Johar

 
Ekonomi Kota Semarang cukup besar karena statusnya sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah. Perekonomian Kota Semarang menurut data BPS 2012 didominasi sektor Industri dan sektor Perdagangan. Kawasan CBD di Semarang berupa Simpang Lima City Center (SLCC),  Pemuda Central Business District (PCBD), dan Gajahmada Golden Triangle (GGT). Kini Kota Semarang semakin berkembang pesat diberbagai bidang, dengan tagline-nya SEMARANG SETARA (Semarang Kota Sejahtera).

 
SLCC
PCBD
Kondisi Strategis Kota Semarang :
a. Potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah (pelabuhan dan Bandar Udara).
b. Berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, merupakan perlintasan moda transportasi darat (Kereta api, Bus dan Kendaraan) dari Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Timur atau menuju Jawa Tengah Selatan dan Provinsi Yogyakarta.
c. Merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu: koridor pantai Utara (pelabuhan); koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten/Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Salatiga yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara; dan Koridor Barat menuju Kabupaten Kendal, Kabupaten/Kota Pekalongan.
d. Merupakan daerah Hinterland dan Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran / Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi /Kabupaten Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat ke 4, setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya.

 
Penduduk Semarang umumnya adalah suku Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Agama mayoritas yang dianut adalah Islam. Semarang memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Seperti di daerah lainnya di Jawa, terutama di Jawa Tengah, mereka sudah berbaur erat dengan penduduk setempat dan menggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi sejak ratusan tahun silam. Jumlah penduduk Kota Semarang hingga Maret 2015 sebanyak 1,765,396. (sumber: dispendukcapil Kota Semarang).

 
Sebagai ibukota Jawa Tengah, Semarang memiliki budaya yang sangat kental. Salah satu tradisi adat dari Semarang adalah perayaan tradisi Dudgeran. Dari tradisi tersebut, kita dapat melihat percampuran seluruh budaya yang ada di Semarang. Semarang memiliki beberapa kesenian lokal yang dapat ditonjolkan di berbagai acara, contohnya adalah Tarian Semarangan, Tari Topeng, dan Gambang Semarang.

 
Tari Semarangan

 
Sarana dan prasarana yang ada pun terbilang memadai. Salah satunya sarana olahraga di Semarang, terdapat stadion yang kerap dijadikan latihan oleh tim sepak bola PSIS dan biasa dipakai juga oleh masyarakat sekitar untuk sekedar jogging pagi. Sasana Tinju Tugu Muda Semarang juga menjadi sarana olahraga favorit masyarakat. Untuk fasilitas kesehatan, tidak diragukan lagi. Adanya RSUP Dr. Kariyadi, RSUD Kota Semarang, Rumah Sakit Elizabeth, dan banyak rumah sakit lain sangat membantu kesehatan warga kota Semarang. Jumlah sarana pendidikan juga tidak kalah banyak dan didukung pula oleh beberapa perguruan tinggi yang besar, yaitu Universitas Negeri Semarang dan Universitas Diponegoro.

 
Dalam sisi transportasi, Semarang memiliki jumlah angkutan umum massal yang cukup mendominasi wilayah tersebut. Kota Semarang dapat ditempuh dengan perjalanan darat, laut, dan udara. Semarang dilalui jalur pantura yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di pantai utara Pulau Jawa. Saat ini sedang dibangun jalan tol yang menghubungkan Semarang dengan Solo. Angkutan bus antarkota dipusatkan di Terminal Terboyo, Kecamatan Genuk. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak. Pada tahun 2009 mulai beroperasi TransSemarang, yang juga dikenal dengan BRT (Bus Rapid Transit), sebuah moda angkutan massal meskipun tidak menggunakan jalur khusus seperti busway (Trans Jakarta) di Jakarta. Adanya Stasiun Tawang, Stasiun Poncol, dan Bandara Ahmad Yani turut berperan serta dalam mendukung keadaan transportasi Kota Semarang.

 
Bus Rapid Transit atau TransSemarang

 
Semarang sendiri berpotensi menjadi kota yang mandiri dalam perekonomian karena banyaknya sektor industri dan perdagangan jasa yang ada di kawasan tersebut. Di sisi pariwisata, banyaknya wisata yang tersebar secara merata dapat menjadi nilai plus bagi Kota Semarang sendiri untuk menarik wisatawan hadir ke kota ini.

 
Setiap kota pasti memiliki permasalahan. Kota Semarang memiliki beberapa permasalahan. Yang pertama, permasalahan lingkungan. Kota Semarang kerap banjir ketika musim penghujan. Hal ini disebabkan karena jumlah sampah di Semarang tidak terkontrol. Kedua, masalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkontrol dan tidak merata. Ketiga, masalah kemacetan yang muncul di beberapa tahun belakangan ini, yang juga merupakan dampak dari pertumbuhan penduduk yang pesat.

 


 
Karina Danastri Hanindita - 3614100093
Ditulis untuk tugas mata kuliah Perencanaan Kota – Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya - 2016

Senin, 05 Januari 2015

Migrasi Masuk Papua: Penyelesaian atau Masalah?


Pulau Papua adalah pulau yang terletak di bagian paling timur negara Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Sejak tahun 2003, Papua dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km2 persegi dan termasuk pulau terbesar kedua di dunia dan pulau terbesar pertama di Indonesia.

Tidak semua masyarakat Indonesia tahu mengenai isu-isu tentang Papua. Namun ada satu isu tentang Papua yang perlu kita ketahui lebih lanjut, yaitu tentang kependudukan di Papua, yang mana berkaitan erat dengan migrasi.

Masalah kependudukan yang utama di Papua adalah Pulau Papua sendiri penduduknya didominasi oleh penduduk bukan asli Papua atau bisa dikatakan kaum imigran. Berdasarkan UU 21/2001, orang Asli Papua adalah orang yang berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua dan/atau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua. Menurut data BPS, hingga pada pertengahan tahun 2010 jumlah orang asli Papua mencapai 1,730.336 atau 47.89%. Sementara penduduk non Papua mencapai 1,882,517 atau 52,10%. Di akhir tahun 2010, orang asli Papua mencapai 1,760,557 atau 48.73%. Populasi non Papua mencapai 1,852,297 atau 51.27%. Bila kita lihat dan pahami lebih dalam lagi, dengan banyaknya migran yang datang ke Papua seharusnya menjadikan Papua sebuah daerah yang maju dan berkembang. Namun pada kenyataannya, kita bisa melihat bahwa penduduk asli Papua malah tetap menjadi penduduk yang miskin dan kurang berkembang.

Beberapa tahun yang lalu, orang-orang luar Papua yang mengetahui bagaimana kondisi Papua -yang saat itu saya diberitahu bahwa sumber daya alam di Papua sangat melimpah namun penduduknya sendiri kurang berkembang- berbondong-bondong datang ke Papua dengan niat ingin memperbaiki Papua. Banyak sekali orang berpikiran demikian. Program pemerintah pun tak sedikit yang berfokus pada pengembangan pulau Papua. Sebenarnya mereka benar-benar memperbaiki Papua, namun yang lebih fokus diperbaiki adalah ‘pulau’ tersebut. Seolah-olah mereka lupa akan penduduk asli yang menempati pulau tersebut.

Migrasi sebenarnya tidak salah untuk dilakukan. Migrasi menjadi salah apabila penduduk asli wilayah tersebut eksistensinya jadi terancam. Dalam kasus ini, pemerintah secara tidak langsung telah salah mengambil langkah dalam ‘tujuan memajukan Papua’. Bisa kita lihat sendiri, Papua malah didominasi oleh kaum pendatang yang terdiri dari tiga kelompok: pertama adalah pegawai dan tenaga ahli perusahaan-perusahaan besar yang masuk ke Papua untuk memangku jabatan-jabatan yang telah tersedia; kedua petani-petani yang didatangkan dari pulau Jawa lewat program transmigrasi untuk menetap dan mencari kehidupan yang layak; ketiga adalah pendatang yang pindah dengan biaya sendiri dan mengharapkan mendapat pekerjaan setelah sampai di Papua.

Pemerintah pernah mengeluarkan Undang-undang no. 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Papua. (Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan Tambahan Lembaran Negara No. 4151) yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008 (LN Tahun 2008 No. 57 dan TLN No. 4843). UU 21/2001 yang terdiri dari 79 pasal ini mengatur kewenangan-kewenangan Provinsi Papua dalam menjalankan Otonomi Khusus. UU ini dikeluarkan dengan latar belakang dirasa belum adanya keadilan dalam sektor pembangunan, belum tercapainya kesejahteraan masyarakat, dan belum tegaknya keadilan HAM di wilayah Papua.

Di dalam UU 21/2001 pasal 61 (Bab XVIII tentang kependudukan dan ketenagakerjaan), disebutkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Pemerintah Provinsi berkewajiban melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua.

(2) Untuk mempercepat terwujudnya pemberdayaan, peningkatan kualitas dan partisipasi penduduk asli Papua dalam semua sektor pembangunan Pemerintah Provinsi memberlakukan kebijakan kependudukan.

(3) Penempatan penduduk di Provinsi Papua dalam rangka transmigrasi nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilakukan dengan persetujuan Gubernur.


Gubernur bertanggungjawab dalam mengendalikan kependudukan di Papua. Namun yang terjadi adalah Gubernur manut-manut saja dengan program transmigrasi (ke Papua) dari pemerintah pusat. Gubernur Papua sendiri tidak bertindak tegas dalam menyikapi problematika kependudukan Papua yang sampai sekarang masih didominasi oleh kaum imigran. Pihak yang salah dalam kasus ini tidak hanya pemerintah pusat, namun juga pemerintah lokal.

Ketika Presiden Joko Widodo mengungkapkan tentang program transmigrasi ke Papua, banyak orang asli Papua yang melangsungkan protes. Hal tersebut berlangsung karena mereka merasakan dampak negatif dari adanya program transmigrasi yang tidak terkendali. Protes-protes tersebut disampaikan mulai dari rakyat Papua biasa hingga para pemimpin Papua.

Program transmigrasi Papua seharusnya dihentikan sementara. Program transmigrasi tersebut sebaiknya diganti dengan program pengiriman sumber daya manusia yang berkompeten dalam memajukan Papua, baik dari segi fisik maupun penduduknya. Bila program transmigrasi dilanjutkan, orang asli Papua bisa terancam punah.

Untunglah, baru-baru ini saya membaca berita dengan judul “100 Juta Hadiah Bagi Mama Papua yang Melahirkan Anak Lebih dari 10 Orang” di website papuapos.com. Gubernur Papua yang sekarang, Lukas Enembe, mencanangkan program baru. Program tersebut adalah memberikan uang Rp100.000.000,00 kepada para ibu yang telah berhasil melahirkan anak lebih dari 10 orang. Gubernur juga menganjurkan agar keluarga Papua tidak harus mengikuti program KB (Keluarga Berencana), tetapi mendorong agar keluarga Papua melahirkan anak sebanyak-banyaknya namun juga harus diurus dengan baik. Jumlah orang asli Papua haruslah sebanding dengan luasnya wilayah Papua dan tidak boleh menjadi kalangan minoritas di pulau sendiri.

Tidak hanya Gubernur Lukas Enembe saja yang menjalankan program baru, Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Jigibalom, juga memberikan dukungan akan program tersebut dengan memberi Rp5.000.000,00 kepada setiap ibu mengandung. Biaya tersebut diharapkan dapat membantu ibu memenuhi gizi bagi janin dalam kandungannya

Pemerintah lokal mengharapkan semua program itu dapat menumbuhkan jumlah orang asli Papua sekaligus menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat dan pintar, dimulai sejak dalam kandungan
ditulis oleh
Karina Danastri Hanindita
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2014  

Rabu, 08 Januari 2014

Bokuwa Doctor Tony Tony Chopper! :D



Sabtu, 24 Maret 2012

The Magic Instant Noodle

Bukan! Cil lagi nggak mau sulap kok. :)
Tapi Cil habis bikin video.

Video apa lagi sih Cil?

Kalian pasti heran, kan, perasaan video buatannya cil banyak.

Nganggur, cil?

Heemmm, enggak juga, hehehehe, tugas sekolah masih banyak sebenernya. :p
Tapi, ya, namanya hobi, apapun dilakukan, ya atau ya? ;)

Langsung aja, yak, karena aku males bikin basa-basi, nih, aku kasih video Stop Motion buatanku (yang pengerjaannya berjam-jam hasilnya cuma 2 menit -_-).

Cekidot bekicot! ;)


Big thanks to my little brother: @_arekcilik


-KDH-

Rabu, 21 Maret 2012

Selama Engkau Hidup

Hey, you, YOUTUBE-ers!!!

Aku cuma mau share videoku. ;)

Video apaan sih?

Ini video isengku. Yak, sebagai makhluk iseng aku suka bikin video aneh-aneh bin ajaib nan nganggur. Video ini kupersembahkan untuk kakakku sebagai surprise untuk ulang tahunnya 24 Januari kemarin. :D Aku record videonya 1 hari, ngeditnya 7 hari 7 malam.

So, inilah! Selamat menyaksikan dan silahkan bacot di situ, huehehehe.



Song: Pee Wee Gaskins
Actress: @masihkecil
Camera-man: @masihkecil (Macbook-nya maksudnya :D)
Editor: @masihkecil
Creative idea by: @masihkecil
Room: punyanya @masihkecil
Wardrobe: punyanya @masihkecil
Semuanya: @masihkecil
 

(c)2009 Little Random. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger